Sabtu, 28 September 2013

Sinopsis Hikayat si Miskin



Suatu hari Mara Karmah berjalan bersama saudaranya, namun saudaranya Puteri Nila Kesuma menangis ingin minum susu, Mara Karmah pun ikut menangis sambil menenangkan adiknya. Kemudian Mara Karmah memberi adiknya sepotong ketupat yang telah dipotongnya menjadi dua. Maka Putri Nila Kesuma berhenti menangis. Selama perjalanan tujuh hari tujuh malam, tujuh ketupat yang dimiliki dua bersaudara itu habis sebab Mara Karmah memberikan setengah potong ketupat pada malam hari dan setengah potongnya diberikan pada pagi hari kepada adiknya. Setelah ketupat itu habis, Puteri Nila Kesuma menangis karena ingin makan. Mara Karmah pun mencari makanan di hutan dan memberikannya kepada adiknya. Dan saat dia menemukan air, dia memandikan adiknya.

Selama beberapa hari berjalan, ia melewati gunung yang tinggi, padang rumput dan laut yang merupakan tempat tinggal dewa-dewa. Ia juga bertemu dengan binatang buas, seperti ular naga buta raksasa. Mereka semua memberikan kesaktian pada Mara Karmah. Dan Ia pun bertemu dengan bukit berjentera, tempat raja-raja dan dewa bertapa. Sedangkan, jika Mara Karmah bertemu dengan raja-raja itu, maka Puteri Nila Kesuma ia sembunyikan.
Beberapa hari berjalan, sampailah ia di sebuah pohon beringin yang besar dan air yang mengalir dari atas gunung. Di sanalah ia memandikan adiknya. Tiba-tiba ada seekor burung terbang di atas kepalanya, lalu Puteri Nila Kesuma menangis karena ingin burung itu. Maka Mara Karmah pun melompat, menangkap burung itu. Kemudian diberikannya kepada adiknya. Puteri Nila Kesuma meminta burung ini untuk dimakan. Mara Karmah berkata kepada adiknya untuk bersabar dan menunggunya, sebab ia akan mencari api. Mara Karmah pun berjalan menuju sebuah dusun. Di dusun itu, ia melihat kebun yang banyak tanamannya. Ia berkeliling sambil menunggu orang yang punya kebun itu. Tiba-tiba orang yang punya kebun itu menuduh Mara Karmah bahwa Mara Karmah yang mencuri tanamannya selama ini. Tetapi Mara Karmah menyangkalnya bahwa bukan dia lah yang mencuri tanamannya melainkan dia hanyalah orang miskin yang ingin meminta api.  Orang dusun tetap tidak percaya. Ia menampar dan memukul Mara Karmah sembari mengatakan bahwa itu lah akibatnya orang yang telah menganiayanya. Mendengar perkataan orang dusun itu, Mara Karmah teringat pada adiknya bahwa dia tidak akan bertemu dengan adiknya karena mati dianiaya. Dan ia pun menangis. Melihat tubuh Mara Karmah yang bengkak-bengkak dan berlumur darah, orang dusun itu menyangka bahwa Mara Karma telah meninggal. Kemudian ia mengikat bahu sampai kaki Mara Karmah dengan tali seperti orang mengikat lepat. Setelah itu ia membuangnya ke laut.
Itu lah cerita raja Palinggam Cahaya yang bernama raja Puspa Indera. Ia memiliki seorang putra yang tampan, bernama raja Mangendra dan istri bernama Puteri Manda Ratna. Kerajaannya sangat besar.












Unsur-unsur Intrinsik Hikayat Si Miskin


1.      Tema         : Pengorbanan
2.      Alur           : Maju ( Diceritakan dari awal hingga akhir)
a.       “Alkisah, maka tersebutlah perkataan Mara Karmah berjalan dua bersaudara itu,..” (Paragraf I, baris 1)
b.      “Syahdan, beberapa lamanya, ia berjalan itu, maka bertemu dengan gunung yang tinggi-tinggi dan padang-padang yang luas-luas,..” (Paragraf II, baris 1)
c.       “Syahdan, beberapa ia melihat kekayaan Allah Subhanahuwa Ta’ala,..” (Paragraf III, baris 1)
d.      “Hatta, dengan demikian, maka ia pun sampailah kepada sepohon kayu beringin,..” (Paragraf IV, baris 1)
3.      Tokoh        :
a.       Mara Karmah
“Alkisah, maka tersebutlah perkataan Mara Karmah berjalan dua bersaudara itu,…” (Paragraf I, baris 1) 
b.      Puteri Nila Kesuma
“.., maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun menangis hendak minum susu,…” (Paragraf I, baris 1)
c.       Orang dusun
“Maka dilihatnya kebun orang dusun itu terlalu banyak jadi tanam-tanaman,…” (Paragraf IV, baris 14)
4.      Penokohan :
a.       Mara Karmah
·         Penyabar
“Diamlah adinda jangan menangis, karena kita orang celaka, dimanakah kita boleh mendapat susu, lagi kita sudah dibuangkan orang.” (Paragraf I, baris 1)
·         Baik hati dan penyayang
“Maka diambil oleh Mara Karmah segala tarik kayu ….yang patut dimakannya, maka diberikannya kepada saudaranya itu. Dan barang dimana ia bertemu dengan air, maka dimandikannyalah akan saudaranya.” (Paragraf I, baris 5 dan 6)  
·         Pemberani
“Tiada aku lari, karena aku tiada berdosa kepadamu.” (Paragraf IV, baris 20)
b.      Puteri Nila Kesuma
·         Cengeng (mudah menangis)
“Maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun menangis hendak minum susu.” (Paragraf I, baris 1)
c.       Orang dusun
·         Kejam
“Maka ditamparinyalah dan digocohnya akan Mara Karmah itu…..” (Paragraf IV, baris 21)
·         Menaruh dendam
“Maka sekarang hendak ke mana engkau melarikan nyawamu itu daripada tanganku sekarang; sedangkan lamanya aku menantikan engkau tiada juga dapat...” (Paragraf IV, baris 19)
5.      Setting :
a.       Waktu
·         Pagi hari
“Mara Karmah pun berjalan menuju bunyi ayam berkokok itu,…” (Paragraf IV, baris 13)
b.      Tempat
·         Hutan
“Maka diambil oleh Mara Karmah segala tarik kayu dan umbut-umbut dan buah-buahan kayu yang ada di dalam hutan itu yang patut dimakannya,…” (Paragraf I, baris 5) 
·         Kebun
“Maka dilihatnya kebun orang dusun itu terlalu banyak jadi tanam-tanaman,…” (Paragraf IV, baris 14)
·         Dusun
“…, setelah sampai ia kepada dususn orang itu.” (Paragraf IV, baris 13)
c.       Suasana
·         Haru
“Maka ia pun terkenanglah akan saudaranya yang tinggal di dalam hutan seorang dirinya itu. Maka katanya dalam hatinya,”Wahai adinda tuan, betapa gerangan hal tuan sepeninggal kakanda ini kelak, karena dianiaya oleh orang, matilah kakanda tiasa bertemu dengan tuan lagi,” (Paragaraf IV, baris 23 dan 24)
·         Sedih
“Maka ia pun menangis terlalu sangat, lalu rebah pingsan tiada khabarkan dirinya…. Maka dilihatnya segala tubuh Mara Karmah itu habis bengkak-bengkak dan berlumur dengan darah, dan tiada ia bergerak lagi.” (Paragraf IV, baris 25 dan 27)
6.      Sudut Pandang : Orang ketiga (diaan) serba tahu
a.       “Maka ia pun diamlah. Maka sampai tujuh hari tujuh malam ia berjalan itu,…” (Paragraf I, baris 2 dan 3)
b.      “Maka ia terkenanglah akan saudaranya yang tinggal di dalam hutan seorang dirinya itu.” (Paragraf IV, baris 23)
7.      Amanat :
a.       Janganlah menaruh dendam pada orang lain.
b.      Janganlah menuduh orang lain sebelum ada bukti yang membenarkan bahwa orang tersebut yang melakukannya.
c.       Jadilah orang yang jujur dan pemberani walaupun berat.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar