Suatu hari Mara
Karmah berjalan bersama saudaranya, namun saudaranya Puteri Nila Kesuma
menangis ingin minum susu, Mara Karmah pun ikut menangis sambil menenangkan
adiknya. Kemudian Mara Karmah memberi adiknya sepotong ketupat yang telah
dipotongnya menjadi dua. Maka Putri Nila Kesuma berhenti menangis. Selama
perjalanan tujuh hari tujuh malam, tujuh ketupat yang dimiliki dua bersaudara
itu habis sebab Mara Karmah memberikan setengah potong ketupat pada malam hari
dan setengah potongnya diberikan pada pagi hari kepada adiknya. Setelah ketupat
itu habis, Puteri Nila Kesuma menangis karena ingin makan. Mara Karmah pun
mencari makanan di hutan dan memberikannya kepada adiknya. Dan saat dia
menemukan air, dia memandikan adiknya.
Selama
beberapa hari berjalan, ia melewati gunung yang tinggi, padang rumput dan laut
yang merupakan tempat tinggal dewa-dewa. Ia juga bertemu dengan binatang buas,
seperti ular naga buta raksasa. Mereka semua memberikan kesaktian pada Mara
Karmah. Dan Ia pun bertemu dengan bukit berjentera, tempat raja-raja dan dewa
bertapa. Sedangkan, jika Mara Karmah bertemu dengan raja-raja itu, maka Puteri
Nila Kesuma ia sembunyikan.
Beberapa hari
berjalan, sampailah ia di sebuah pohon beringin yang besar dan air yang mengalir
dari atas gunung. Di sanalah ia memandikan adiknya. Tiba-tiba ada seekor burung
terbang di atas kepalanya, lalu Puteri Nila Kesuma menangis karena ingin burung
itu. Maka Mara Karmah pun melompat, menangkap burung itu. Kemudian diberikannya
kepada adiknya. Puteri Nila Kesuma meminta burung ini untuk dimakan. Mara
Karmah berkata kepada adiknya untuk bersabar dan menunggunya, sebab ia akan
mencari api. Mara Karmah pun berjalan menuju sebuah dusun. Di dusun itu, ia
melihat kebun yang banyak tanamannya. Ia berkeliling sambil menunggu orang yang
punya kebun itu. Tiba-tiba orang yang punya kebun itu menuduh Mara Karmah bahwa
Mara Karmah yang mencuri tanamannya selama ini. Tetapi Mara Karmah
menyangkalnya bahwa bukan dia lah yang mencuri tanamannya melainkan dia
hanyalah orang miskin yang ingin meminta api.
Orang dusun tetap tidak percaya. Ia menampar dan memukul Mara Karmah
sembari mengatakan bahwa itu lah akibatnya orang yang telah menganiayanya.
Mendengar perkataan orang dusun itu, Mara Karmah teringat pada adiknya bahwa
dia tidak akan bertemu dengan adiknya karena mati dianiaya. Dan ia pun
menangis. Melihat tubuh Mara Karmah yang bengkak-bengkak dan berlumur darah,
orang dusun itu menyangka bahwa Mara Karma telah meninggal. Kemudian ia
mengikat bahu sampai kaki Mara Karmah dengan tali seperti orang mengikat lepat.
Setelah itu ia membuangnya ke laut.
Itu lah
cerita raja Palinggam Cahaya yang bernama raja Puspa Indera. Ia memiliki
seorang putra yang tampan, bernama raja Mangendra dan istri bernama Puteri Manda
Ratna. Kerajaannya sangat besar.
Unsur-unsur
Intrinsik Hikayat Si Miskin
1.
Tema :
Pengorbanan
2.
Alur :
Maju ( Diceritakan dari awal hingga akhir)
a.
“Alkisah, maka tersebutlah perkataan Mara Karmah
berjalan dua bersaudara itu,..” (Paragraf I, baris 1)
b.
“Syahdan, beberapa lamanya, ia berjalan itu,
maka bertemu dengan gunung yang tinggi-tinggi dan padang-padang yang
luas-luas,..” (Paragraf II, baris 1)
c.
“Syahdan, beberapa ia melihat kekayaan Allah
Subhanahuwa Ta’ala,..” (Paragraf III, baris 1)
d.
“Hatta, dengan demikian, maka ia pun sampailah
kepada sepohon kayu beringin,..” (Paragraf IV, baris 1)
3.
Tokoh :
a.
Mara Karmah
“Alkisah, maka
tersebutlah perkataan Mara Karmah berjalan dua bersaudara itu,…” (Paragraf I,
baris 1)
b.
Puteri Nila Kesuma
“.., maka tuan
Puteri Nila Kesuma itu pun menangis hendak minum susu,…” (Paragraf I, baris 1)
c.
Orang dusun
“Maka dilihatnya
kebun orang dusun itu terlalu banyak jadi tanam-tanaman,…” (Paragraf IV, baris
14)
4.
Penokohan :
a.
Mara Karmah
·
Penyabar
“Diamlah adinda jangan menangis, karena kita orang
celaka, dimanakah kita boleh mendapat susu, lagi kita sudah dibuangkan orang.”
(Paragraf I, baris 1)
·
Baik hati dan penyayang
“Maka diambil oleh Mara Karmah segala tarik kayu
….yang patut dimakannya, maka diberikannya kepada saudaranya itu. Dan barang
dimana ia bertemu dengan air, maka dimandikannyalah akan saudaranya.” (Paragraf
I, baris 5 dan 6)
·
Pemberani
“Tiada aku lari, karena aku tiada berdosa kepadamu.” (Paragraf
IV, baris 20)
b.
Puteri Nila Kesuma
·
Cengeng (mudah menangis)
“Maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun
menangis hendak minum susu.” (Paragraf I, baris 1)
c.
Orang dusun
·
Kejam
“Maka ditamparinyalah dan digocohnya akan Mara Karmah
itu…..” (Paragraf IV, baris 21)
·
Menaruh dendam
“Maka sekarang hendak ke mana engkau melarikan nyawamu
itu daripada tanganku sekarang; sedangkan lamanya aku menantikan engkau tiada
juga dapat...” (Paragraf IV, baris 19)
5.
Setting :
a.
Waktu
·
Pagi hari
“Mara Karmah pun
berjalan menuju bunyi ayam berkokok itu,…” (Paragraf IV, baris 13)
b.
Tempat
·
Hutan
“Maka diambil oleh Mara Karmah segala tarik kayu dan
umbut-umbut dan buah-buahan kayu yang ada di dalam hutan itu yang patut
dimakannya,…” (Paragraf I, baris 5)
·
Kebun
“Maka dilihatnya kebun orang dusun itu terlalu banyak
jadi tanam-tanaman,…” (Paragraf IV, baris 14)
·
Dusun
“…, setelah sampai ia kepada dususn orang itu.”
(Paragraf IV, baris 13)
c.
Suasana
·
Haru
“Maka ia pun terkenanglah akan saudaranya yang tinggal
di dalam hutan seorang dirinya itu. Maka katanya dalam hatinya,”Wahai adinda
tuan, betapa gerangan hal tuan sepeninggal kakanda ini kelak, karena dianiaya
oleh orang, matilah kakanda tiasa bertemu dengan tuan lagi,” (Paragaraf IV,
baris 23 dan 24)
·
Sedih
“Maka ia pun menangis terlalu sangat, lalu rebah
pingsan tiada khabarkan dirinya…. Maka dilihatnya segala tubuh Mara Karmah itu
habis bengkak-bengkak dan berlumur dengan darah, dan tiada ia bergerak lagi.”
(Paragraf IV, baris 25 dan 27)
6.
Sudut Pandang : Orang ketiga (diaan) serba tahu
a.
“Maka ia pun diamlah. Maka sampai tujuh hari
tujuh malam ia berjalan itu,…” (Paragraf I, baris 2 dan 3)
b.
“Maka ia terkenanglah akan saudaranya yang
tinggal di dalam hutan seorang dirinya itu.” (Paragraf IV, baris 23)
7. Amanat
:
a.
Janganlah menaruh dendam pada orang lain.
b.
Janganlah menuduh orang lain sebelum ada bukti
yang membenarkan bahwa orang tersebut yang melakukannya.
c.
Jadilah orang yang jujur dan pemberani walaupun
berat.
0 komentar:
Posting Komentar