BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara
kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada setiap
tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa
maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup
mengerti dan memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baik dan mana yang
buruk.
Pada
tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan
dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa.
Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah
sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya
maupun orang lain di sekitarnya.
Pada
masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana mereka
akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami
setiap karakter anak usia sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang
dapat mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan individu?
2. Apa ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah?
3. Bagaimana kriteria anak matang sekolah?
4. Apa tugas perkembangan pada masa anak sekolah?
5. Apa implikasi tugas perkembangan pada pendidikan?
C.
Tujuan
1. Memahami pertumbuhan dan perkembangan individu.
2. Memahami ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah.
3. Memahami kriteria anak matang sekolah.
4. Memahami tugas perkembangan pada masa anak sekolah.
5. Memahami implikasi tugas perkembangan pada
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Individu
1.
Pertumbuhan
a.
Pengertian
·
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam
perjalanan waktu tertentu.[1]
·
Pertumbuhan
dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan
tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan.[2] Hereditas merupakan
totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik maupun
psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak
orang tua melalui gen-gen.[3]
·
Pertumbuhan juga
diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik
yang bersifat kuantitatif, seperti ukuran berat dan tinggi badan, ukuran
dimensi sel tubuh, dan umur tulang.
2.
Perkembangan
a.
Pengertian
·
Menurut Nagel
dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan merupakan pengertian
dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi
tertentu, oleh karna itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam
organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.[4]
·
Menurut
Schneirla dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan adalah
perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini
dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan
progresif meliputi:
1) Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan
sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2) Filogenetik, yakni perkembangan dari asal usul
manusia sampai sekarang ini.[5]
·
Perkembangan adalah
proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ
jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani tersebut, sehingga penekanan arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanisfestasi
pada kemampuan organ fisiologis.
·
Perkembangan
juga diberi makna dan digunakan untuk menyatakan terjadinya perubahan-perubahan
aspek psikologis dan aspek social.[6]
3.
Aspek-aspek Perkembangan
a.
Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik cenderung lebih
stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang pertumbuhannya begitu
cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai
kemampuan akademik.
Menurut seifert dan Hoffnung (1994),
perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti:
pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain), dan
perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya
(seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta
perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan
dan sebagainya).[7]
Bagi anak kegiatan fisik diperlukan
untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan kestabilan gerak serta melatih
koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan. Kebutuhan untuk selalu
bergerak perlu bagi anak karena energy yang terumpuk pada anak perlu
penyaluran. Di samping itu kegiatan jasmani diperlukan untuk lebih
menyempurnakan berbagai keterampilan menuju keseimbangan tubuh,seperti bagaimana menendang bola dengan tepat sasaran,
mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting bagi
anak.
b.
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan
bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif
dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak
berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit
dan abstrak.
Menurut
Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir
(usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang
sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya[8]:
1) Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak
tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan dengar
secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang
dunia mereka dan secara aktif berusaha
mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas
tentang dunia yang mereka hadapi.
2) Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari
pengalamannya.
Anak-anak
tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang
terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun
suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
3) Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui
proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi
terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan
yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema.
Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak
menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
4) Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke
arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Melalui
proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang berkembang dari
satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang
antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
c.
Perkembangan bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih
dalam memahami da menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa
ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata
bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk
menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar.
Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga
memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam
pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa
untuk komunikasi.
·
Perkembangan
bicara[9]
Berbicara
merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana
berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak menggunakan
kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-mata sebagai bentuk
latihan verbal.
·
Minat membaca[10]
Sampai
usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang ceritera-ceritera
khayal seperti misalnya karya Anderson dan Grimm. Sedangkan, pada usia 10-12
tahun perhatian membaca mencapai puncaknya. Materi bacaan semakin luas. Dari
kegiatan membaca inilah anak memperkaya perbendaharaan kata dan tata bahasa
sebagai bekal untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.
d.
Perkembangan moral
Perkembangan
moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika
yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh
orang tua serta perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan
moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Menurut
Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah berubah.
Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang kaku.
Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi
anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah
dibenarkan dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat
bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang heteronomous sedangkan
anak pada usia 10 tahun mereka sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang
disebut moralitas autonomous.[11]
Kohlberg
menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap tersebut terjadi
pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:[12]
1)
Pra-konvensional,
anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar belakang budaya dan
terhadap penilaian baik-buruk, benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu
tindakan.
2)
Konvensional,
memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap sebagai sesuatu
yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak perduli apapun akan
akibat-akibat langsung yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap ini terlihat
dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member justifikasi pada
ketertiban.
3)
Pasca-konvensional,
ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan
prinsip-prinsip yang sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas
kelompok atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah
individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.
e.
Perkembangan Emosi
Emosi
memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini juga
dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang.
Hurlock
menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan
masa sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira,
sedih, dan kasih sayang.[13]
Ciri-ciri
emosi emosi masa kanak-kanak akhir:[14]
1)
Emosi anak
berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit dan
sifatnya tiba-tiba.
2)
Emosi anak kuat
atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau sedang bersendau
gurau.
3)
Emosi anak mudah
berubah.
4)
Emosi anak
nampak berulang-ulang.
5)
Respon emosi
anak berbeda-beda.
6)
Emosi anak dapat
diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
7)
Emosi anak
mengalami perubahan dalam kekuatannya.
8)
Perubahan dalam
ungkapan-ungkapan emosional.
f.
Perkembangan sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah
pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social anak dipengaruhi oleh
keluarga, teman sebaya dan guru.
1) Kegiatan bermain[15]
Bermain
sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan social anak. Dengan bermain
anak berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan berbagai pengalaman
berharga. Bermain secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak
untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesame teman.
2) Teman sebaya[16]
Teman
sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social baik yang bersifat positif
maupun yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada pengembangan konsep diri
dan pembentukan harga diri. Pengaruh negatif membawa dampak seperti merokok,
mencuri, membolos, menipu serta perbuatan antisosial lainnya.
B.
Masa Perkembangan Usia Sekolah
Sejalan dengan apa yang
telah diuraikan di atas perkembangan manusia mengikuti pola umum, meskipun
terdapat perbedaan yang menyangkut irama dan tempo perkembangan. Secara umum
tahapan perkembangan manusia akan melalui beberapa tahap, salah satunya pada
usia sekolah.
1.
Ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah
Ciri-ciri khas anak usia sekolah
dasar[17]
a.
Ada hubungan
yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b.
Suka memuji diri
sendiri
c.
Kalau tidak
dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap
tidak penting
d.
Suka
membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya
e.
Suka meremehkan
orang lain
f.
Perhatiannya
tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
g.
Ingin tahu,
ingin belajar dan realistis
h.
Timbul minat
kepada pelajaran-pelajaran khusus
i.
Anak memandang
nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah
j.
Anak-anak suka
membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat
peraturan sendiri dalam kelompoknya.
2.
Kematangan sekolah
Kematangan merupakan suatu potensi yang
dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut
mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi, kematangan tidak
dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini
merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam
bentuk dan masa tertentu. Kematangan merupakan suatu hasil dari
perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu
seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar
yang disebut kematangan biologis. Kematangan pada aspek meliputi keadaan
berfikir, rasa, kemauan, dan lain-lain.[18]
Kematangan sekolah merupakan kesiapan
anak dalam memasuki masa-masa sekolah. Usia anak yang matang sekolah yaitu
sekitar umur 7 tahun. Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
a.
Anak sudah dapat
menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak seperti matematika dan
angka-angka.[19]
b.
Anak sudah dapat
menggambar dengan lebih rapi.
c.
Anak sudah dapat
mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir rambut sendiri, mengikat tali
sepatu serta menyisir rambut dengan benar.
d.
Anak sudah lebih
mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan mendengarkan pelajaran daripada
masa sebelumnya, walaupun mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik[20]
3.
Tugas perkembangan
Pada masa ini anak
sudah semakin luas lingkungan pergaulannya. Anak sudah banyak bergaul dengan
orang-orang di luar rumah. Masyarakat mengharapkan agar anak menguasai dan
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya agar diterima dengan baik oleh
lingkungannya.
Adapun
tugas-tugas perkembangan pada masa anak sekolah adalah[21]
a.
Belajar
keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
b.
Sebagai makhluk
yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri
c.
Belajar bergaul
dengan teman sebaya
d.
Mulai
mengembangkan peran social pria atau wanita
e.
Mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
f.
Mengembangkan
pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
g.
Mengembangkan
kata batin, moral dan skala nilai
h.
Mengembangkan
sikap terhadap kelompok social dan lembaga
i.
Mencapai
kebebasan pribadi
Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan
ditentukan oleh lingkungan keluarga, orang tua, orang-orang terdekat dalam
keluarga dan guru di sekolah.
Tugas-tugas
perkembangan yang dipaparkan diatas, merupakan gambaran perwujudan kematangan
biologis dan psikologis individu, ekspektasi masyarakat dan tuntutan budaya dan
agama. Penuntasan tugas-tugas perkembangan tersebut tidak selalu berjalan
dengan mulus. Untuk mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut, beberapa upaya
yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu:[22]
a.
Menciptakan
iklim religious yang dapat memfasilitasi perkembangan kesadaran beragama,
akhlak mulia, etika atau karakter peserta didik. Pihak sekolah perlu
menyediakan sarana dan prasarana peribadatan, memberikan contoh atau suri
tauladan dalam melaksanakan ibadah, dan berakhlak mulia, seperti menyangkut
aspek kedisiplinan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kejujuran, dan tanggung
jawab.
b.
Membangun
suasana sosio-emosional yang kondusif bagi perkembangan keterampilan social dan
kematangan emosi peserta didik, seperti memelihara hubungan yang harmonis
antara kepala sekolah dengan guru-guru, guru dengan guru, siswa dengan siswa.
Guru bersikap ramah dan respek terhadap peserta didik, begitupun peserta didik
kepada guru.
c.
Membangun iklim
intelektual yang memfasilitasi perkembangan berpikir, nalar, dan kemampuan
mengambil keputusan yang baik. Penciptaan ilkim intelektual ini bias
berlangsung dalam proses pembelajaran di kelas (seperti guru menerapkan metode
pembelajaran yang variatif; menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan
multimedia atau memanfaatkan laboratorium secara efektif; memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, dan mengemukakan pendapat atau gagasan); dan
kegiatan kelompok-kelompok belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
d.
Mengoptimalkan
program bimbingan dan konselling untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar/ akademik, maupun karier
(sekolah lanjutan atau dunia kerja).
4.
Implikasi tugas perkembangan pada pendidikan
Pada masa ini anak
mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada
hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami. Meskipun
sudah mampu berpikir logis, tetapi cara berpikir mereka masih berorientasi pada
kekinian. Baru pada masa remajalah anak dapat benar-benar berpikir abstrak,
membuktikan hipotesisnya dan melihat berbagai kemungkinan dimana anak sudah
mencapai tahapan berpikir operasi formal. Anak telah mampu menggunakan simbol-simbol
untuk melakukan suatu kegiatan mental, mulailah digunakan logika.
Pada masa ini umumnya
egosentrisme mulai berkurang. Anak mulai memperhatikan dan menerima pandangan
orang lain. Berkurang rasa egonya dan mulai bersikap social. Materi pembicaraan
mulai lebih ditunjukkan kepada lingkungan social, tidak pada dirinya saja. Mampu
mengelompokkan benda-benda yang sama ke dalam dua atau lebih kelompok yang
berbeda. Anak mampu mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan mampu
menyusunnya dalam suatu seri berdasarkan suatu dimensi.
Mulai timbul pengertian
tentang jumlah, panjang, luas dan besar. Anak dapat berpikir dari banyak arah
atau dimensi pada satu objek. Mengalami kemajuan dalam pengembangan konsep.
Pengalaman langsung sangat membantu dalam berpikir. Oleh sebab itu, guru perlu
mengamati dan mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan mencoba
menganalisisnya bagaimana siswa berpikir.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pertumbuhan
adalah perubahan fisik yang bersifat kuantitatif.
Perkembangan
adalah perubahan psikologi yang bersifat kualitatif.
Aspek-aspek
perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan
bahasa, perkembangan moral, perkembangan emosi dan perkembangan sosial
2.
Ciri-ciri khas
anak usia sekolah, yaitu
·
Emosi masih
labil
·
Memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi
·
Suka
membandingkan dirinya dengan orang lain
·
Menganggap
sesuatu tidak penting
3.
Kematangan
sekolah
Kematangan sekolah
merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah. Kriteria / kategori
kematangan sekolah adalah :
·
Anak dapat
menangkap masalah
·
Anak dapat
menggambar dengan rapi
·
Anak sudah dapat
melakukan kegiatan sehari-hari
4.
Tugas
perkembangan meliputi,
·
Adanya
kematangan fisik tertentu pada periode perkembangan tertentu
·
Adanya dorongan
cita-cita psikologis manusia yang mengalami perkembangan itu sendiri,
·
Adanya tuntutan
kultural dari masyarakat sekitar
5. Implikasi tugas perkembangan pada pendidikan
Anak mampu berpikir logis mengenai objek dan
kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret. Mulai
timbul pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar. Anak dapat berpikir
dari banyak arah atau dimensi pada satu objek. Sehingga guru perlu mengamati
dan mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan mencoba menganalisisnya
bagaimana siswa berpikir.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.
2011. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya
Izzaty,
Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta: UNY Press
Purwanti,
Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan
Peserta Didik. Malang: UMM Press
Sunarto
dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Yusuf , Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta:
PT Rineka Cipta
[1]
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.35
[2]
Ibid, hlm.35
[3]
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.21
[4]
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.38
[5]
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.38
[6]
Ibid, hlm.18
[7]
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta
Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.73
[8]
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta
Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.98-101
[9]
Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta
Didik, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm.108
[10]
Ibid, hlm.109
[11]
Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta
Didik, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm.110
[12]
Ibid,hlm.110
[13]
Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta
Didik, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm.112
[14]
Ibid, hlm.112
[15]
Ibid, hlm.114
[16]
Ibid, hlm.114
[17] Rita
Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta
Didik, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm.116
[18]
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta
Didik, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya), hlm.12
[19]
Ibid, hlm.12
[20]
Sri Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan
Anak & Remaja, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2004), hlm.41-42
[21]
Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta
Didik, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm.103
[22]
Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.19
0 komentar:
Posting Komentar