Di setiap masa,
pancasila mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan Pancasila itu
sendiri. Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno,
Pancasila mengalami ideologisasi. Pada masa ini pancasila berusaha untuk
dibangun, dijadikan sebagai keyakinan, kepribadian bangsa Indonesia. Presiden
Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila berangkat dari mitologi
atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila dapat mengantarkan bangsa
Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep
Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa Indonesia.
Soekarno
di dalam menjalankan Pancasila tidak berjalan dengan mudah. Banyak tantangan
yang dihadapi, yaitu muncul dari kelompok nasionalis-religius yang belum
menerima Pancasila. Mereka masih menginginkan sila pertama dari Pancasila
adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Dan yang paling besar menolak Pancasila adalah Kahar
Muzakar, yang selanjutnya memberntuk DI/TII sebagai perlawanan terhadap
pemerintah dan untuk menjadikan negara Indonesia sebagai negara Islam.
Selain
itu, kelompok nasionalis-komunis, PKI, yang menginginkan negara Indonesia
menjadi negara komunis. PKI menganggap tuhan tidak ada. Sedangkan negara
Indonesia mengakui keberagaman agama yang ada di Indoensia. Ini berarti negara
Indonesia percaya adanya tuhan. Tetapi di dalam perkembangannya, Presiden
Soekarno lebih cenderung ke komunis dan tidak lagi bersifat nasionalis. Ini
menjadi salah satu bukti penyelewengan Soekarno terhadap Pancasila.
Penyelewengan yang lain adalah Soekarno menerapkan Demokrasi terpimpin, yaitu
kekuasaan pemerintahan ada di tangan Soekarno. Padahal demokrasi yang benar
adalah demokrasi yang dipegang dan dikendalikan oleh rakyat bukan oleh
penguasa. Dan juga Soekarno mengeluarkan pernyataan bahwa presiden menjabat
seumur hidup. Ini berarti negara Indonesia akan mengalami keotoriterian seorang
penguasa.
Pada
masa orde baru, yaitu kepemimpinan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan
sebagai indoktrinasi. Pancasila dijadikan oleh Soeharto sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaannya. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
indoktrinasi Pancasila, yaitu pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di
sekolah-sekolah, melalui pembekalan atau
seminar. Kedua, asas tunggal, yaitu Soeharto membolehkan rakyat untuk membentuk
organisasi tetapi harus berasaskan Pancasila yang merupakan Pancasila versi
Soeharto. Ketiga, stabilisasi yaitu Soeharto melarang adanya kritikan yang
dapat menjatuhkan pemerintah. Jadi Soeharto beranggapan bahwa kritik terhadap
pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di dalam
negara. Dalam menstabilkannya, Soeharto menggunakan kekuatan militer
sehingga tidak ada yang berani untuk mengkritik pemerintah. Maka muncul
penentang-penentang terhadap Pancasila, yaitu mereka lebih ke gerakan bawah
tanah. Dan penentangnya hampir sama dengan penentang di masa orde lama. Salah
satunya kelompok komunis.
Soeharto
dalam menjalankan Pancasila melakukan beberapa penyelewengan, yaitu Soeharto
menerapkan demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat di tangan
pemerintah. Selain itu, Soeharto memegang kendali terhadap lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif sehingga peraturan yang dibuat harus sesuai dengan
persetujuan Soeharto. Dan juga Soeharto melemahkan aspek-aspek demokrasi
terutama pers karena dapat membahayakan kekuasaan Soeharto. Maka Soeharo membentuk
Departemen penerangan atau lembaga sensor secara besar-besaran agar setiap
berita yang dimuat di media tidak menjatuhkan pemerintah. Penyelewengan yang
lain adalah Soeharto melanggengkan korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga pada
masa ini banyak pejabat negara yang melakukan korupsi dan juga pada masa ini
negara Indoensia mengalami krisis moneter.
Sedangkan
pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-interprestasi, yaitu Pancasila harus
selalu di interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam
menginterprestasikannya harus relevan dan kontekstual. Berarti harus sinkron
atau sesuai dengan kenyataan atau zaman pada saat itu.
Pancasila pada masa
reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde baru dan orde
lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu adalah KKN,
yang merupakan masalah yang sangat berat dan sulit untuk dituntaskan. Apalagi
pada masa ini korupsi benar-benar merajalela. Para pejabat negara yang
melakukan korupsi sudah tidak malu lagi. Mereka malah bangga, dengan
ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan melambaikan tangan
serta tersenyum, seperti artis yang baru terkenal. Ini merupakan masalah yang
benar-benar harus diselesaikan. Selain KKN, globalisasi menjadi racun bagi bangsa
Indonesia karena semakin lama ideologi Pancasila tergerus dengan ideologi
liberal dan kapitalis. Ditambah lagi tantangan pada masa ini bersifat terbuka,
lebih bebas dan nyata. oleh sebab itu, kita harus melaksanakan Pancasila sesuai
dengan nilai-nilai dikandungnya, serta mengembangkan toleransi dan plurralisme
di dalam diri kita masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar